Senin, 27 Januari 2014

PENTINGNYA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Pentingya Pendidikan Anak Usia dini 


Pendidikan Anak usia Dini merupakan hal yang sangat fundamental, karena apa yg diberikan Tuhan ketika anak baru lahir barulah berupapotensi, baik potensi fisik (jasmani dengan semua alat inderanya) maupun potensi non-fisik (akal, kalbu, dll). Potensi tersebut harus ditumbuh-kembangkan melalui berbagai timulasi /rangsangan.

Berbagai hasil penelitian di bidang tumbuh-kembang anak membuktikan itu semua. Menurut Bloom (2003), separuh perkembangan intelektual anak berlengsung sebelum 4 tahun. Sedangkan, menurut Landers (2004):” perkembangan kognitif usia 17 tahu merupakan akumulusi perkembangan anak usia , 4 tahun sebesar 50%, 4-8 tahun sebesar 30%, dan 9-17 tahun sebesar 20%. Mary Eming Young (2003) menambahkan bahwa lingkungan memiliki efek kuat pada perkembangan otak anak. Oleh karena itu, stumulasi/ rangsangan sejak usia dini sangat diperlukan agar otak anak dapat berkembang secara maksimal. Otak manusia memiliki dua belahan, yaitu belahan otak kanan dan belahan otak kiri.  Kerjasama antara otak kanan dan otak kiri memunculkan adanya kecerdasan jamak (multiple intelligences) yang diajukan dan dipopulerkan oleh Howard Gardner. Untuk sementara, hingga saat ini telah terindentifikasi beberapa ragam kecerdasan anak, yaitu: kecerdasan linguistik (cerdas kosakata), kecerdasan logika dan matematika (cerdas angka dan rasional), kecerdasan spasial (cerdas ruang/tempat/gambar), kecerdasan kinestetika-raga (cerdas raga), kecerdasan musik (cerdas musik), kecerdasan interpersonal (cerdas orang), kecerdasan intrapersonal (cerdas diri), kecerdasan naturalis (cerdas alam), serta kecerdasan eksistensial.
Dalam kegiatan nyata otak kanan dan kiri bekerja sama misalnya pada saat berbicara atau berpikir biasa. Pada saat berbicara otak kiri berperan penting dalam memproduksi bahasa, otak kanan berperan melatarbelakangi aksi bicara misalnya intonasi emosional atas apa yang dikatakan, atau perasaan umum yang mungkin ditimbulkan dari suatu kalimat.
Salah satu cara untuk mengoptimalkan perkembangan otak anak adalah dengan mengak karaktersitik anak usai dini, sehingga stimulus yang kita berikan kepada anak, sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak. Berikut ini adalah karakteristik anak usia dini :
Masa Peka
Suatu masa dimana seorang anak menyerap berbagai informasi / pengetahuan secara cepat dalam proses belajar dari lingkungan sekitar
Egosentris
Segala sesuatu dilihat dari sudut pandang dirinya, belum bisa melihat dari sudut pandang orang lain, sehingga seolah-olah dialah yang paling benar, keinginannya harus selalu dituruti dan sikap mau menang sendiri
Peniru
Anak sedang dalam masa belajar model, dimana anak senang menirukan perilaku orang-orang disekitarnya
Berkelompok
anak bermain di luar rumah bersama teman-temannya, dapat bersosialisasi dan beradaptasi sesuai dengan perilaku lingkungan sosialnya.
Eksplorasi
Dilandasi rasa ingin tahu yang tinggi dan keinginannya untuk  selalu bergerak, anak menggunakan semua inderanya untuk mengeksplorasi lingkungannya.
Emosi belum stabil
Emosi sering berubah dengan cepat dalam merespon lingkungan. Pada  anak usia 2 – 3 tahun mengalami emosi yang meledak-ledak dan sering membangkang (temper tantrum)
Selain mengenali karakteristik anak usia dini, hal lain yang perlu diperhatikan dalam memberikan stimulus bagi perkembangan otak anak, adalah dengan mengetahui prinsip-prinsip dasar perkembangan anak usia dini. Berikut ini prinsip-prinsip dasar perkembangan anak usia dini :
  1. Domain perkembangan anak yakni fisik, emosi, sosial, kognitif-saling terkait.
  2. Kecepatan perkembangan berbeda antara satu anak dengan anak yang lain.
  3. Perkembangan dan pembelajaran pertama dan utama terjadi dalam konteks keluarga, kemudian berkembang di sekolah dan di masyarakat.
  4. Bermain adalah cara terbaik bagi anak mempelajari dunianya dan mengembangkan dirinya.
  5. Anak memiliki minat, kekuatan dan  kebutuhan serta cara yang berbeda-beda dalam mengembangkan diri.
Berdasarkan prinsip-prinsip dasar perkembangan anak usia dini diatas, maka menu pembelajaran yang diberikan kepada anak usia dini haruslah :
  1. Berorientasi pada Kebutuhan Anak.
  2. Belajar Melalui Bermain.
  3. Kreatif dan Inovatif.
  4. Lingkungan yang Kondusif.
  5. Menggunakan Pembelajaran Terpadu.
  6. Mengembangkan Keterampilan Hidup.
  7. Menggunakan Berbagai Media dan Sumber Belajar.
  8. Berorientasi pada Prinsip-Prinsip Perkembangan Anak.
  9. Stimulasi Terpadu.
Berdasar pada prinsip-prinsip dasar perkembangan anak dan menu pembelajaran yang sesuai untuk anak usia dini, maka PAUD Karakter Pelangi Nusantara telah merancang sebuah menu pembelajaran konsep pendidikan holistik untuk membangun manusia holistik yang berkarakter, maksud dari pendidikan ini adalah :
  • Membangun seluruh potensi manusia (tidak hanya pada aspek kognitif tetapi seluruh potensi anak – multiple intelegence)
  • Mendorong anak menjadi lifelong learner (pembelajar sejati)
  • Terintegrasi antar mata pelajaran dengan kehidupan nyata
  • Bertujuan membentuk kompetensi (pembiasaan), bukan hanya pengetahuan
  • Proses belajar berpusat pada siswa
  • Penilaian mencakup seluruh proses pembelajaran, bukan hanya pada hasil akhir
  • Konsep pembelajaran ini menggabungkan metode Creative Learning melalui kegiatan di sentra diintegrasikan dengan  pendidikan karakter yang mengajarkan 9 pilar karakter .

Sabtu, 25 Januari 2014

Model-Model Pembelajaran Terpaud PAUD

Model Pembelajaran Terpadu



Model Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran terpadu merupakan suatu pembelajaran yang mengkaitkan tema-tema yang over laping utnuk dikemas menjadi satu tema besar yang kemudian dibahas dalam suatu pembelajaran Model pembelajaran terpadu merupakan model pembelajaran dengan pendekatan yang menekankan pada aspek-aspek bersifat umum seperti kemampuan berpikir, kemampuan sosial, sikap dan perilaku.
Menurut Fogarty, (dalam Prabowo, 2000 ) mengemukakan bahwa, ada sepuluh model pembelajaran terpadu. Kesepuluh model tersebut adalah berikut ini :
1.    the fragmented model (model tergambarkan), yaitu model pembelajaran konvensional yang terpisah secara mata pelajaran atau model tradisional yang memisahkan secara diskrit masing-masing mata pelajaran. Keterpaduan model ini harus tercapai ketika satu satuan waktu telah ditempuh, misalnya pada satu catur wulan.
Keterpaduan pada model fragmented terjadi jika siswa telah menyelesaikan seluruh runtutan kajian atau materi pelajaran yang pada akhirnya seluruh satuan-satuan konsep itu mencapai keutuhan, baik konsep, pemahaman suatu kajian, keterampilan dan nilai. Contoh: dalam satu pelajaran, terdapat materi perambatan cahaya (content), prediksi (thinking skill), dan peta konsep (organizing skill).
Keuntungan pembelajaran model ini adalah siswa menguasai secara penuh satu kemampuan tertentu untuk tiap mata pelajaran, ia ahli dan terampil dalam bidang tertentu. Sedangkan kekurangannya adalah Ia belajar hanya pada tempat dan sumber belajar dan kurang mampu membuat hubungan atau integrasi dengan konsep sejenis.
2. the connected model (model terhubung), yaitu dalam setiap mata pelajaran berisi konten yang berkaitan antara topik dengan topik dan konsep dengan konsep dalam satu mata pelajaran. Model ini penekanannya terletak pada perlu adanya integrasi inter bidang studi itu sendiri. Dalam model connected ini secara sengaja menghubungkan kurikulum di dalam mata pelajaran melebihi dari apa yang diasumsi siswa-siswa yang akan memahami hubungan secara otomatis.
3.    the nested model (model tersarang), yaitu model pembelajaran terpadu yang merupakan pengintegrasian kurikulum dalam satu disiplin ilmu dengan memfokuskan pada sejumlah keterampilan belajar yang ingin dilatihkan oleh guru kepada siswa dalam satu unit pembelajaran untuk ketercapaian materi pelajaran (content) yang meliputi keterampilan berfikir (thinking skill), keterampilan sosial (social skill), dan keterampilan mengorganisir (organizing skill) Fogarty (1991: 23).
Kelebihan model ini yaitu guru dapat memadukan beberapa keterampilan sekaligus dalam pembelajaran satu mata pelajaran, memberikan perhatian pada berbagai bidang penting dalam satu saat sehingga tidak memerlukan penambahan waktu dan guru dapat memadukan kurikulum secara luas.
Kekurangannya adalah apabila tanpa perencanaan yang matang memadukan beberapa keterampilan yang menjadi target dalam suatu pembelajaran akan berdampak pada siswa dimana prioritas pelajaran menjadi kabur.
4.    the squenced model (model terurut), yaitu model pembelajaran dimana saat guru mengajarkan suatu mata pelajaran guru dapat menyusun kembali topik mata pelajaran lain dalam urutan pengajaran itu dalam topik yang sama atau relevan.
 Kelebihannya yaitu dengan menyusun kembali urutan topik, bagian dari unit, guru dapat mengutamakan prioritas kurikulum daripada hanya mengikuti urutan yang dibuat penulis dalam buku teks, membantu siswa memahami isi pembelajaran dengan lebih kuat dan bermakna.
Sedangkan kekurangannya yaitu diperlukkan kolaborasi berkelanjutan dan fleksibilitas semua orang yang terlibat dalam content area dalam mengurutkan sesuai peristiwa terkini.
5.    the shared model (model terbagi), yaitu suatu model pembelajaran terpadu dimana pengembangan disiplin ilmu yang memayungi kurikulum silang. Misalnya Matematika dan IPA disejajarkan sebagai ilmu pengetahuan.
Kelebihannya yaitu lebih mudah dalam menggunakannya sebagai langkah awal maju secara penuh menuju model terpadu yang mencakup empat disiplin ilmu, dengan menggabungkan disiplin ilmu serupa yang saling tumpang tindih akan memungkinkan mempelajari konsep yang lebih dalam.
Sedangkan kekurangannya yaitu model integrasi antar dua disiplin ilmu memerlukan komitmen pasangan untuk bekerjasama dalam fase awal, untuk menemukan konsep kurikula yang tumpang tindih secara nyata diperlukan dialog dan percakapan yang mendalam.
6.     the webbed model (model terjaring), ) yaitu merupakan salah satu model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik.
 Menurut Padmono dalam bukunya Pembelajaran Terpadu menyatakan Webbedmenyajikan pendekatan tematik untuk mengintegrasikan mata pelajaran. Satu tema yang subur dijaring laba-labakan untuk isi kurikulum dan mata pelajaran. Mata pelajaran menggunakan tema untuk menyelidiki keseuaian konsep, topik, dan ide-ide. Karakteristik pendekatan tema ini untuk mengembangkan kurikulum dimulai dengan satu tema misalnya “transportasi”, “penyelidikan”, dan lain-lain.
Contoh dari penggunaan pembelajaran model ini adalah: siswa dan guru menentukan tema misalnya air, maka guru-guru mata pelajaran dapat mengajarkan tema air itu ke dalam sub-sub tema misalnya siklus air, kincir angin, air waduk, air sungai, bisnis air dari PDAM yang tergabung dalam mata pelajaran Matematika, IPS, IPA, dan Bahasa.
7.    the threaded model (model tertali), yaitu model pembelajaran yamg menfokuskan pada metakurikulum yang menggantikan atau yang berpotongan dengan inti materi subjrk. Misalnya untuk melatih keterampilan berpikir (problem solving) dari beberapa mata pelajaran dicari materi yang merupakan bagian dari problem solving. Seperti pada komponen memprediksi, meramalkan kejadian yang sedang berlangsung, mengantisipasi sebuah bacaan dan sebagainya.
Keuntungan dari model ini antara lain: konsep berputar sekitar metakurikulum yang menekankan pada perilaku metakognitif; materi untuk tiap mata pelajaran tetap murni, dan siswa dapat belajar bagaimana seharusnya belajar di masa yang akan datang sesuai dengan laju perkembangan era globalisasi.
Sedangkan kelemahannya yaitu hubungan isi antar materi pelajaran tidak terlalu ditunjukkan sehingga secara eksplisit siswa kurang dapat memahami keterkaitan konten antara mata pelajaran satu dengan yang lainnya.
8.     the integrated model ( model terpadu), yaitu pembelajaran yang menggabungkan bidang studi denggan cara menemukan keterampilan, konsep dan sikap yang saling berhubungan di dalam beberapa bidang studi.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan antar bidang studi. Padmono dalam bukunyaPembelajaran Terpadu mengatakan bahwa model integrated kurikulum menyajikan satu pendekatan penyebrangan mata pelajaran mirip dengan model “Shared”. Model integrated memadukan mata pelajaran dengan latar prioritas kurikulum pada tiap penemuan keterampilan-keterampilan, konsep-konsep, dan sikap-sikap yang tumpang tindih mata pelajaran tersebut.
9.     the immersed model (model terbenam), yaitu model pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran dalam satu proyek. Misalnya seorang mahasiswa yang memperdalam ilmu kedokteran maka selain Biologi, Kimia, Komputer, Ia juga harus mempelajari fisika dan setiap mata pelajaran tersebut ada kesatuannya.
Model ini merupakan satu dari model yang memungkinkan pelajar menyeberang dan atau tetap di dalam mata pelajaran tenggelam dalam minat dan kemaunnya untuk belajar.  
Kelebihan dari model ini adalah setiap siswa mempunyai ketertarikan mata pelajaran yang berbeda maka secara tidak langsung siswa yang lain akan belajar dari siswa lainnya. Mereka terpacu untuk dapat menghubungkan mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya.  Sedangkan kekurangan dari model ini adalah siswa yang tidak senang membaca akan mendapat kesulitan untuk mengerjakan proyek ini, sehingga siswa menjadi kehilangan minat belajar.
10.      the networked model (model jaringan). yaitu model pembelajaran yang berupa kerjasama antara siswa dengan seorang ahli dalam mencari data, keterangan, atau lainnya sehubungan dengan mata pelajaran yang disukainya atau yang diminatinya sehingga siswa secara tidak langsung mencari tahu dari berbagai sumber.
Sumber dapat berupa buku bacaan, internet, TV, atau teman, kakak, orang tua dan sebagainya yang dianggap ahli olehnya. Siswa memperluas wawasan belajarnya sendiri artinya siswa termotivasi belajar karena rasa ingin tahunya yang besar dalam dirinya.  
Kelebihan dari model ini adalah siswa memperluas wawasan pengetahuan pada satu atau dua mata pelajaran secara mendalam dan sempit sasarannya. Sedangkan kelemahannya adalah kemungkinan motivasi siswa akan berubah kedalaman materi pelajaran menjadi dangkal secara tidak sengaja karena mendapat hambatan dalam mencari sumber.
Dari kesepuluh model itu dipilih tiga model  yang dipandang layak untuk dikembangkan dan mudah dilaksanakan pada pendidikan dasar (SMP). Ketiga model ini adalah model keterhubungan (connected), model terjaring (webbed), dan model keterpaduan (integreted). (Prabowo : 2000)
Model pembelajaran terpadu sebagai suatu proses mempunyai beberapa ciri, yaitu :
a.     Berpusat pada anak
b.    Proses pembelajaran mengutamakan pemberian pengalaman langsung
c.     Pemisahan antar bidang studi atau aspek pengembangan tidak terlihat dengan jelas.
1..Model Keterkaitan (conneted)
Menurut Fogarty, (dalam Prabowo, 2000) mengemukakan bahwa, model keterkaitan(connected) merupakan model integrasi inter bidang studi. Model ini secara nyata mengorganisasikan atau mengintegrasikan satu konsep, keterampilan, atau kemampuan yang ditumbuh-kembangkan dalam suatu pokok bahasan atau sub pokok bahasan yang dikaitkan dengan konsep, keterampilan atau kemampuan pada pokok bahasan atau sub pokok bahasan lain, dalam satu bidang studi. Kaitan dapat diadakan secara spontan atau direncanakan terlebih dahulu. Dengan demikian pembelajaran menjadi lebih bermakna dan efektif.
Selanjutnya Prabowo,(2000) menjelaskan tentang keunggulan model ini adalah sebagai berikut :
a.        Adanya keterkaitan atau hubungan antara gagasan-gagasan di dalam satu bidang studi, siswa akan memiliki gambaran yang lebih komprehensif dan beberapa aspek tertentu akan mereka pelajari secara lebih mendalam.
b.       Siswa dapat mengembangkan konsep-konsep kunci secara terus menerus, sehingga terjadilah proses internalisasi.
c.       Menghubungkan ide-ide dalam suatu bidang studi memungkinkan siswa mengkaji, mengkonseptualisasi, memperbaiki, serta mengasimilasi ide-ide secara terus-menerus sehingga memudahkan terjadinya proses transfer dalam memecahkan masalah.
d.      Pembelajaran terpadu model keterkaitan tidak mengganggu kurikulum yang sedang berlaku.
Di samping memiliki keunggulan model ini juga memiliki beberapa kekurangan yaitu :
a.       Beberapa bidang studi masih nampak terpisah. 
b.      Tidak mendorong guru untuk bekerja secara tim, sehingga isi pelajaran tetap terfokus, tanpa merentangkan konsep-konsep serta ide-ide antar bidang studi,
c.       Dalam memadukan ide-ide pada satu bidang studi, maka usaha untuk menggambarkan keterkaitan antar bidang studi menjadi terabaikan.
Sintaks (pola urutan) dari model pembelajaran terpadu tipe connected (keterkaitan) menurut Prabowo (2000:11 – 14) sebagai berikut :
1.    Tahap Perencanaan : 
a. menentukan tujuan pembelajaran umum
b. menentukan tujuan pembelajaran khusus
2. Langkah-langkah yang ditempuh oleh guru :
a. Menyampaikan konsep pendukung yang harus dikuasai siswa. (materi prasyarat).
b. Menyampaikan konsep-konsep yang hendak dikuasai oleh siswa.
c.  Menyampaikan keterampilan proses yang dapat dikembangkan.
d. Menyampaikan alat dan bahan yang akan digunakan / dibutuhkan
e. Menyampaikan pertanyaan kunci
3. Tahap Pelaksanaan, meliputi :
a.       Pengelolaan kelas; dengan membagi kelas kedalam beberapa kelompok.   
b.      Kegiatan proses
c.       Kegiatan pencatatan data
d.      Diskusi secara klasikal
4. Evaluasi, meliputi :
a.         Evaluasi proses , berupa :  ketepatan hasil pengamatan,  ketepatan dalam penyusunan alat dan bahan, ketepatan siswa saat menganalisis data
b.         Evaluasi produk : penguasaan siswa terhadap konsep-konsep / materi sesuai dengan tujuan pembelajaran khusus yang telah ditetapkan.
c.         Evaluasi psikomotor : kemampuan penguasaan siswa terhadap penggunaan alat ukur.

2. Model Jaring Laba-Laba (Webbed)
Model pembelajaran terpadu tipe  webbed menggunakan pendekatan tematik . Pendekatan ini pengembangannya dimulai dengan menentukan tema tertentu. Tema bisa ditetapkan dengan negosiasi antara guru dan siswa, tetapi dapat pula dengan cara diskusi sesama guru. Setelah tema tersebut disepakati, dikembangkan sub-sub temanya dengan memperhatikan kaitannya dengan bidang-bidang studi. Dari sub-sub tema ini dikembangkan aktivitas belajar yang harus dilakukan siswa.
Kelebihan pembelajaran terpadu dengan model jaring laba-laba sebagai berikut :
1. Siswa adalah diperolehnya pandangan hubungan yang utuh tentang kegiatan dari ilmu-ilmu yang berbeda;
2. faktor motivasi berkembang karena adanya pemilihan tema yang didasarkan pada minat siswa;
3.    siswa dapat dengan mudah melihat bagaimana kegiatan yang berbeda dan ide yang berbeda dapat saling berhubungan.
Kekurangan pembelajaran terpadu dalam model jaring laba-laba sebagai berikut :
1.              kecenderungan untuk mengambil tema sangat dangkal sehingga kurang bermanfaat bagi siswa;
2. seringkali guru terfokus pada kegiatan sehingga materi atau konsep menjadi terabaikan;
3. memerlukan keseimbangan antara kegiatan dan pengembangan materi pelajaran.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam model pembelajaran jaring laba-laba (Webbed)sebagai berikut.:
  1. Guru menyiapkan tema utama seperti nilai juang dalam perumusan Pancasila, dan tema lain yang telah dipilih dari beberapa standar kompetensi lintas mata pelajaran/bidang Studi,
  2. Guru menyiapkan tema-tema yang telah terpilih, misalnya tema matematika, kesenian, bahasa dan IPS yang sesuai dengan tema nilai juang dalam perumusan Pancasila supaya tidak over lapping,
  3. Guru menjelaskan tema-tema yang terkait sehingga materinya lebih luas,
  4. Guru memilih konsep atau informasi yang bisa mendorong belajar siswa dengan pertimbangan lain yang memang sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran terpadu.
3. Model Keterpaduan (Integrated)
Pembelajaran terpadu model keterpaduan adalah model pengembangan kurikulum yang menggunakan pendekatan lintas bidang ilmu utama dengan mencari keterampilan, konsep dan sikap yang tumpangtindih. Dalam konteks pembelajaran TK, model ini merupakan model pengembangan kurikulum yang menggunakan pendekatan lintas bidang pengembangan. Model ini berusaha memberikan gambaran yang utuh pada anak tentang tujuan melakukan kegiatan-kegiatan yang terdapat dalam bidang-bidang pengembangan.
Contoh penerapan pembelajaran terpadu tipe keterpaduan adalah : Pada awalnya guru menyeleksi konsep-konsep keterampilan dan nilai sikap yang diajarkan dalam satu semester dari beberapa mata pelajaran misalnya: matematika, IPS, IPA dan Bahasa. Selanjutnya dipilih beberapa konsep, keterampilan dan nilai sikap yang memiliki keterhubungan yang erat dan tumpang tindih di antara beberapa mata pelajaran.
Kelebihan pembelajaran terpadu dengan model keterpaduan sebagai berikut :
1.    Guru akan dapat melihat gambaran yang menyeluruh dari kemampuan yang dikembangkan dari berbagai bidang studi/mata pelajaran; 
2.    Memberikan kegiatan yang lebih terarah pada tiap bidang pengembangan untuk mencapai kemampuan yang telah ditentukan pada indikator;
3.    Siswa merasa senang dengan adanya keterkaitan dan hubungan timbale balik antar berbagai disiplin ilmu;  
4.    Memperluas wawasan dan apresiasi guru. 
Kekurangan pembelajaran terpadu dengan menggunakan model keterpaduan sebagai berikut :
1. Cukup sulit dilaksanakan karena membutuhkan guru yang berkemampuan tinggi dan yakin dengan konsep dan kemampuan yang akan dikembangkan di setiap bidang pengembangan;  
2. kurang efektif karena membutuhkan kerjasama dari banyak guru;  
3.    sulit mencari keterkaitan antara mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya, juga mencari keterkaitan aspek keterampilan yang terkait;   
4.    Dibutuhkan banyak waktu pada beberapa mata pelajaran untuk didiskusikan guna mencari keterkaitan dan mencari tema.
Adapun langkah-langkah pembelajaran terpadu dengan model keterpaduan sebagai berikut :
1.    Pendidik menentukan salah satu tema dalam mata pelajaran yang akan dipadukan dengan tema-tema dari mata pelajaran lain.
2.    Pendidik mencari tema-tema dari mata pelajaran lain yang memiliki makna yang sama.
3.    Pendidik memadukan tema-tema dari beberapa mata pelajaran yang dikemas menjadi satu tema yang besar.
4.      Pendidik menyusun rencana pembelajaran (RPP/SKH) yang terdiri dari gaungan konsep beberapa mata pelajaran.
5.      Pendidik menentukan alokasi waktu karena untuk pembelajaran biasanya memerlukan waktu lebih dari satu kali pertemuan.






Senin, 20 Januari 2014

PEMBELAJARAN UNTUK ANAK USIA DINI

PEMBELAJARAN UNTUK ANAK USIA DINI



A.   Hakikat Anak Usia Dini

Dalam undang-undang tentang sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 Ayat 14).

Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia ini merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak (Yuliani Nurani Sujiono, 2009: 7). Usia dini merupakan usia di mana anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Usia dini disebut sebagai usia emas (golden age). Makanan yang bergizi yang seimbang serta stimulasi yang intensif sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tersebut.



Ada berbagai kajian tentang hakikat anak usia dini, khususnya anak TK diantaranya oleh Bredecam dan Copple, Brener, serta Kellough (dalam Masitoh dkk., 2005: 1.12 – 1.13) sebagai berikut.

1.     Anak bersifat unik.

2.     Anak mengekspresikan perilakunya secara relative spontan.

3.     Anak bersifat aktif dan enerjik.

4.     Anak itu egosentris.

5.     Anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal.

6.     Anak bersifat eksploratif dan berjiwa  petualang.

7.     Anak umumnya kaya dengan fantasi.

8.     Anak masih mudah frustrasi.

9.     Anak masih kurang pertimbangan dalam bertindak.

10.  Anak memiliki daya perhatian yang pendek.

11.  Masa anak merupakan masa belajar yang paling potensial.

12.  Anak semakin menunjukkan minat terhadap teman.

B.   Karakteristik Cara Belajar Anak Usia Dini

Anak memiliki karakteristik yang berbeda dengan orang dewasa dalam berperilaku. Dengan demikian dalam hal belajar anak juga memiliki karakteristik yang tidak sama pula dengan orang dewasa. Karakteristik cara belajar anak merupakan fenomena yang harus dipahami dan dijadikan acuan dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran untuk anak usia dini. Adapun karakterisktik cara belajar anak menurut Masitoh dkk. (2009: 6.9 – 6.12) adalah :

1.     Anak belajar melalui bermain.

2.     Anak belajar dengan cara membangun pengetahuannya.

3.     Anak belajar secara alamiah.

4.     Anak belajar paling baik jika apa yang dipelajarinya mempertimbangkan keseluruhan aspek pengembangan, bermakna, menarik, dan fungsional.

C.     Karakteristik Pembelajaran untuk Anak Usia Dini

Kegiatan pembelajaran pada anak usia dini, menurut Sujiono dan Sujiono (Yuliani Nurani Sujiono, 2009: 138), pada dasarnya adalah pengembangan kurikulum secara konkret berupa seperangkat rencana yang berisi sejumlah pengalaman belajar melalui bermain yang diberikan pada anak usia dini berdasarkan potensi dan tugas perkembangan yang harus dikuasainya dalam rangka pencapaian kompetensi yang harus dimiliki oleh anak.

Atas dasar pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa pembelajaran untuk anak usia dini memiliki karakteristik sebagai berikut.

1.  Belajar, bermain, dan bernyanyi

Pembelajaran untuk anak usia dini menggunakan prinsip belajar, bermain, dan bernyanyi (Slamet Suyanto,  2005: 133).  Pembelajaran untuk anak usia dini diwujudkan sedemikian rupa sehingga dapat membuat anak aktif, senang, bebas memilih.  Anak-anak belajar melalui interaksi dengan alat-alat permainan dan perlengkapan serta manusia. Anak belajar dengan bermain dalam suasana yang menyenangkan. Hasil belajar anak menjadi lebih baik jika kegiatan belajar dilakukan dengan teman sebayanya. Dalam belajar, anak menggunakan seluruh alat inderanya.

2.  Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan

Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan mengacu pada tiga hal penting, yaitu : 1) berorientasi pada usia yang tepat, 2) berorientasi pada individu yang tepat, dan 3) berorientasi pada konteks social budaya (Masitoh dkk., 2005: 3.12).

Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan harus sesuai dengan tingkat usia anak, artinya pembelajaran harus diminati, kemampuan yang diharapkan dapat dicapai, serta kegiatan belajar tersebut menantang untuk dilakukan anak di usia tersebut.

Manusia merupakan makhluk individu. Perbedaan individual juga harus manjadi pertimbangan guru dalam merancang, menerapkan, mengevaluasi kegiatan, berinteraksi, dan memenuhi harapan anak.

Selain berorientasi pada usia dan individu yang tepat, pembelajaran berorientasi perkembangan harus mempertimbangkan konteks sosial budaya anak. Untuk dapat mengembangkan program pembelajaran yang bermakna, guru hendaknya melihat anak dalam konteks keluarga, masyarakat, faktor budaya yang melingkupinya.

D.   Kriteria Pemilihan Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran sebagai segala usaha guru dalam menerapkan berbagai metode pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan (Masitoh dkk., 20056.3). Ada bermacam-macam strategi pembelajaran yang dapat dipilih oleh guru Taman Kanak-kanak. Pemilihan strategi pembelajaran hendaknya mempertimbangkan beberapa faktor penting, yaitu: a. karakteristik tujuan pembelajaran, b. karakteristik anak dan cara belajarnya, c. tempat berlangsungnya kegiatan belajar, d. tema pembelajaran, serta  e. pola kegiatan (Masitoh dkk., 2005: 6.3).

E.   Jenis-jenis Strategi Pembelajaran di Taman Kanak-kanak

1.  Strategi Pembelajaran yang Berpusat pada Anak

a.  Pendekatan yang melandasi pembelajaran yang berpusat pada anak

Anak merupakan individu yang sedang tumbuh dan berkembang. Anak juga merupakan makhluk yang aktif.  Atas dasar fakta tersebut maka dikembangkan strategi pembelajaran berdasarkan: 1)  pendekatan perkembangan dan 2) pendekatan belajar aktif.

b.  Karakteristik pembelajaran yang berpusat pada anak

Pembelajaran yang berpusat pada anak memiliki karakteristik sebagai berikut (Masitoh dkk., 2005: 8.5 – 8.6).

1)  Prakarsa kegiatan tumbuh dari anak.

2)  Anak memilih bahan-bahan dan memutuskan apa yang akan dikerjakan.

3)  Anak mengekspresikan bahan-bahan secara aktif dengan seluruh inderanya.

4)  Anak menemukan sebab akibat melalui pengalaman langsung dengan objek.

5)  Anak mentransformasi dan menggabungkan bahan-bahan.

6)  Anak menggunakan otot kasarnya.

c.  Sintaks pembelajaran yang berpusat pada anak

Pembelajaran yang berpusat pada anak terdiri dari 3 tahap utama, yaitu : tahap merencanakan, tahap bekerja, dan tahap review.

1)  Tahap merencanakan (planning time)

Pada tahap ini guru member kesempatan kepada anak-anak untuk merencanakan kegiatan yang akan dilakukannya. Guru, misalnya, menyediakan alat-alat bermain yang terdiri dari : a) balok-balok kayu, b) model buah-buahan, c) alat-alat transportasi, d) buku-buku cerita, e) peralatan menggambar, dan f) macam-macam boneka.

2)  Tahap bekerja (work time)

Setelah memilih kegiatan yang akan dilakukannya, anak kemudian dikelompokkan berdasarkan kegiatan yang dipilih. Pada tahap ini anak mulai bekerja, bermain, atau memecahkan masalah sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya. Guru mendampingi siswa, memberikan dkungan dan siap memberikan bimbingan jika anak membutuhkan.

3)  Review / recall

Setelah anak-anak selesai melakukan aktivitasnya, mereka kemudian diberi kesempatan untuk mengungkapkan pengalamannya secara langsung. Pada tahap ini guru berusaha agar ana-anak mengungkapkan perasaannya dengan tepat.

2.  Strategi Pembelajaran Melalui Bermain

a.  Rasional strategi pembelajaran melalui bermain

Bermain merupakan kebutuhan anak. Bermain merupakan aktivitas yang menyatu dengan dunia anak, yang di dalamnya terkandung bermacam-macam fungsi seperti pengembangan kemampuan fisik motorik, kognitif, afektif, social, dst. Dengan bermain akan mengalami suatu proses yang menarahkan pada perkembangan kemampuan manusiawinya. 

b.  Sintaks pembelajaran melalui bermain

Strategi pembelajaran melalui bermain terdiri dari 3 langkah utama, yaitu: tahap prabermain, tahap bermain, dan tahap penutup. 

1)  Tahap prabermain

Tahap  prabermain terdiri  dari  dua  macam  kegiatan   persiapan :     kegiatan penyiapan siswa dalam melaksanakan kegiatan bermain dan  kegiatan penyiapan bahan dan peralatan yang siap untuk dipergunakan.

a)  Kegiatan penyiapan siswa terdiri dari : (1) guru menyampaikan tujuan kegiatan bermain kepada para siswa, (2) guru menyampaikan aturan-aturan yang harus diikuti dalam kegiatan bermain, (3) guru menawarkan tugas kepada masing-masing anak, misalnya membuat istana, membuat, menara, dst., dan (4) guru memperjelas apa yang harus dilakukan oleh setiap anak dalam melakukan tugasnya.

b)  Kegiatan penyiapan bahan dan peralatan yang diperlukan, misalnya menyiapkan bak pasir, ember, bendera kecil, dsb.

2)  Tahap bermain 

Tahap bermain terdiri dari rangkaian kegiatan berikut : a) semua anak menuju tempat yang sudah disediakan untuk bermain, b) dengan bimbingan guru, peserta permainan mulai melakukan tugasnya masing-masing, c)  setelah kegiatan selesai setiap anak menata kembali bahan dan peralatan permainannya, dan d) anak-anak mencuci tangan. 

3)  Tahap penutup

Tahap penutup dari strategi pembelajaran melalui bermain terdiri dari kegiatan-kegiatan : a) menarik perhatian dan membangkitkan minat anak tentang aspek-aspek penting dalam membangun sesuatu, seperti mengulas bentuk-bentuk geometris yang dibentuk anak, dsb., b) menghubungkan pengalaman anak dalam bermain yang baru saja dilakukan dengan pengalaman lain, misalnya di rumah, c) menunjukkan aspek-aspek penting dalam bekerja secara kelompok, d) menekankan petingnya kerja sama.

3.  Strategi Pembelajaran Melalui bercerita

a.  Rasional strategi pembelajaran melalui bercerita

Pencapaian tujuan pendidikan Taman Kanak-kanak dapat ditempuh dengan strategi pembelajaran melalui bercerita. Masitoh dkk. (2005: 10.6) mengidentifikasi manfaat cerita bagi anak TK, yaitu sebagai berikut.

1)  Bagi anak TK mendengarkan cerita yang menarik dan dekat dengan lingkungannya merupakan kegiatan yang mengasyikkan.

2)  Guru dapat memanfaatkan kegiatan bercerita untuk menanamkan nilai-nilai positif pada anak.

3)  Kegiatan bercerita juga memberikan sejumlah pengetahuan social, nilai-nilai moral dan keagamaan.

4)  Pembelajaran dengan bercerita memberikan memberikan pengalaman belajar untuk mendengarkan.

5)  Dengan dengan mendengarkan cerita anak dimungkinkan untk mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.

6)  Membantu anak untuk membangun bermacam-macam peran yang mungkin dipilih anak, dan bermacam layanan jasa yang ingin disumbangkan anak kepada masyarakat.

b.  Sintaks pembelajaran melalui bercerita

Strategi pembelajaran melalui bercerita terdiri dari 5 langkah. Langkah-langkah dimaksud adalah sebagai berikut.

1)  Menetapkan tujuan dan tema cerita.

2)  Menetapkan bentuk bercerita yang dipilih, misalnya bercerita dengan membaca langsung dari buku cerita, menggunakan gambar-gambar, menggunakan papan flannel, dst.

3)  Menetapkan bahan dan alat yang diperlukan dalam kegiatan bercerita sesuai dengan bentuk bercerita yang dipilih.

4)  Menetapkan  rancangan langkah-langkah kegiatan bercerita, yang terdiri dari:

(a)    menyampaikan tujuan dan tema cerita,

(b)    mengatur tempat duduk,

(c)    melaksanaan kegiatan pembukaan,

(d)    mengembangkan cerita,

(e)    menetapkan teknik bertutur,

(f)     mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan isi cerita.

5)  Menetapkan rancangan penilaian kegiatan bercerita

Untuk mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran dilaksanakan penilaian dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan isi cerita untuk mengembangkan pemahaman anak aka isi cerita yang telah didengarkan.

4.  Strategi Pembelajaran Melalui Bernyanyi

a.  Rasional strategi pembelajaran melalui bernyanyi

Honig, dalam Masitoh dkk. (2005: 11.3) menyatakan bahwa bernyanyi memiliki banyak manfaat untuk praktik pendidikan anak dan pengembangan pribadinya secara luas karena : 1) bernyanyi bersifat menyenangkan, 2) bernyanyi dapat dipakai untuk mengatasi kecemasan, 3) bernyanyi merupakan media untuk mengekspresikan perasaan, 4) bernyanyi dapat membantu membangun rasa percaya diri anak, 5) bernyanyi dapat membantu daya ingat anak, 6) bernyanyi dapat mengembangkan rasa humor, 7) bernyanyi dapat membantu pengembangan keterampilan berpikir dan kemampuan motorik anak, dan 8) bernyanyi dapat meningkatkan keeratan dalam sebuah kelompok.

b.  Sintaks pembelajaran melalui bernyanyi

Strategi pembelajaran dengan bernyanyi terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut.

1)  Tahap perencanaan, terdiri dari: (a) penetapkan tujuan pembelajaran, (b)  penetapan materi pembelajaran, (c) menetapkan metode dan teknik pembelajaran, dan (d) menetapkan evaluasi pembelajaran.

2)  Tahap pelaksanaan, berupa pelaksanaan apa saja yang telah direncanakan, yang terdiri dari:

(a)  kegiatan awal : guru memperkenalkan lagu yang akan dinyanyikan bersama dan memberi contoh bagaimana seharusnya lagu itu dinyanyikan serta memberikan arahan bagaimana bunyi tepuk tangan yang mengiringinya.

(b)   Kegiatan tambahan : anak diajak mendramatisasikan lagu, misalnya lagu Dua Mata Saya, yaitu dengan melakukan gerakan menunjuk organ-organ tubuh yang ada dalam lirik lagu.

(c)   Kegiatan pengembangan : guru membantu anak untuk mengenal nada tinggi dan rendah dengan alat musik, misalnya pianika.

3) Tahap penilaian, dilakukan dengan memakai pedoman observasi untuk mengetahui sejauh mana perkembangan yang telah dicapai anak secara individual maupun kelompok.

5.  Strategi Pembelajaran Terpadu

a.  Rasional strategi pembelajaran terpadu

Anak adalah makhluk seutuhnya, yang memiliki berbagai aspek kemampuan, yang semuanya perlu dikembangkan. Berbagai kemampuan yang dimiliki oleh anak dapat berkembang jika ada stimulasi untuk hal tersebut. Dengan pembelajaran terpadu, pembelajaran yang mengintegrasikan ke dalam semua bidang kurikulum atau bidang-bidang pengembangan,  berbagai kemampuan anak yang ada pada anak diharapkan dapat berkembangan secara optimal.

b.  Karakteristik strategi pembelajaran terpadu

Pembelajaran terpadu memiliki karakteristik : 1) dilakukan melalui kegiatan pengalaman langsung, 2) sesuai dengan kebutuhan dan minat anak, 3) memberikan kesempatan kepada anak untuk menggunakan semua pemikirannya, 4) menggunakan bermain sebagai wahana belajar, 5) menghargai perbedaan individu, dan 6) melibatkan orag tua atau keluarga untuk mengoptimalkan pembelajaran (Masitoh dkk., 2005: 12.10).

c.  Prinsip-prinsip strategi pembelajaran terpadu

Strategi pembelajaran terpadu direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip: 1) berorientasi pada perkembangan anak, 2) berkaitan dengan pengalaman nyata anak, 3) mengintegrasikan isi dan proses belajar, 4) melibatkan penemuan aktif, 5) memadukan berbagai bidang pengembangan, 6) kegiatan belajar bervariasi, 7) memiliki potensi untuk dilaksanakan melalui proyek oleh anak, 8) waktu pelaksanaan fleksibel, 9) melibatkan anggota keluarga anak, 10) tema dapat diperluas, dan 11) direvisi sesuai dengan minat dan pemahaman yang ditunjukkan anak (Masitoh dkk., 2005: 12.10).

d.  Manfaat strategi pembelajaran terpadu

Ada beberapa manfaat dari strategi pembelajaran terpadu, yaitu: 1) meningkatkan perkembangan konsep anak, 2) memungkinkan anak untuk mengeksplorasi pengetahuan melalui berbagai kegiatan, 3) membantu guru dan praktisi lainnya untuk mengembangkan kemampuan profesionalnya, dan 4) dapat dilaksanakan pada jenjang program yang berbeda, utnuk semua tingkat usia, dan untuk anak-anak berkebutuhan khusus.

e.  Sintaks pembelajaran terpadu

Prosedur pelaksanaan pembelajaran terpadu terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut (Masitoh dkk., 2005: 12.19 – 12.20).

1)  Memilih tema

Pemilihan tema untuk pembelajaran terpadu dapat bersumber dari: (a) minat anak, (b) peristiwa khusus, (c) kejadian yang tidak diduga, (d) materi yang dimandatkan oleh lembaga, dan (e) orang tua dan guru.

Ada beberapa kriteria untuk pemilihan tema, yaitu: (a) relevansi topik dengan karakteristik anak, (b) pengalaman langsung, (c)  keragaman dan keseimbangan dalam area kurikulum, (d) ketersediaan alat-alat, dan (e) potensi proyek.

2)  Penjabaran tema

Tema yang sudah diplih harus dijabarkan ke dalam sub tema-sub tema dakan konsep-konsep yang didalamnya terkandung istilah (term), fakta (fact), dan prinsip (principle), kemudian dijabarkan ke dalam bidang-bidang pengembangan dan kegiatan belajar yang lebih operasional.

3)  Perencanaan

Perencanaan harus dibuat secara tertulis sehingga memudahkan guru untuk mengetahui langkah-langkah apa yang harus ditempuh. Tentukan tujuan pembelajaran, kegiatan belajar, waktu, pengorganisasian anak, sumber rujukan, alat-permainan yang diperlukan, dan penilaian yang akan dilakukan.

4)  Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan dilakukan dan dikembangkan kegiatan belajar sesuai dengan rencana yang telah disusun. Pada saat proses berlangsung dilakukan pengamatan terhadap proses belajar yang dilakukan oleh anak.

5)  Penilaian

Penilaian dilakukan pada saat pelaksanaan dan pada akhir kegiatan pembelajaran dengan tujuan untuk mengamati proses dan kemajuan yang dicapai anak melalui kegiatan pembelajaran terpadu.